Sunday, June 24, 2018

A Weekend Getaway in Jogja

Liburan kali ini agak berbeda dibandingkan liburan-liburan saya sebelumnya.

Awalnya memang sempat kepikiran pingin jalan-jalan, tapi nggak tau mau ke mana, kapan, dan sama siapa. Waktu ngobrol iseng soal liburan dengan seorang teman, ternyata teman saya ada rencana ke Jogja dan ngajak gabung. Nah, karena pas ada teman dan bertepatan dengan Art Jog 2018, tanpa pikir panjang saya beli tiket ke Jogja untuk long weekend di awal bulan Juni kemarin.

Selain rencana liburannya yang impulsif, ini juga pertama kalinya saya 'backpacking'. Karena berangkatnya sepulang dari kantor dan harus naik commuter line, saya maksain bawa barang yang cukup banyak di ransel berkapasitas 25L biar nggak ribet. Alhasil tasnya gendut banget sampai kayak mau robek dan akhirnya ketika ketemu di stasiun Gambir saya mindahin sebagian barang di tas teman saya. Hahaha.

Day 1

Berangkat dengan kereta malam, kami tiba di Jogja pukul setengah lima pagi. Dengan pertimbangan jalanan Jogja yang pasti akan macet, dari stasiun kami menyewa motor untuk dua hari. Setelah bersih-bersih dan istirahat sebentar di kosan adik teman saya (karena belum waktunya check-in), kami langsung menuju rumah sahabat saya di Klaten.

Awalnya hanya mau mampir sebentar sebelum ke Museum Ullen Sentalu dan kemudian city tour di Jogja, tapi sayangnya pagi itu ada berita Gunung Merapi 'batuk' lagi.  Alhasil kami harus mengurungkan niat kami ke Ullen Sentalu dan memilih jalan-jalan di Klaten dulu saja. Nggak banyak pilihan yang bisa kami kunjungi karena kami nggak berminat ke Umbul Ponggok maupun umbul-umbul lainnya, tapi jalan-jalan di daerah Karanglo saja cukup membuat kami senang. Hamparan sawah dan rumput yang hijau, pohon-pohon yang rindang, dan tiupan angin segar yang sepoi-sepoi sudah lama nggak kami nikmati sejak pindah ke Tangerang dua bulan lalu.


Los Tembakau yang jadi salah satu instagramable spot di Klaten 
A candid shot in "Hutan" Kamboja Klaten
Kami juga sempat mampir di masjid raya Klaten yang cukup megah dan cantik. Sore harinya, kami berencana mengunjungi Sangkring Art Space atau Taman Sari. Sayangnya karena mengantuk, agenda ini batal juga dan akhirnya langsung check in di salah satu hostel di kawasan Malioboro. Karena menginap sendirian, hostel jadi pilihan yang lumayan oke dan makin berasa jadi backpacker beneran. Saking ngantuknya, saat menunggu buka puasa saya malah ketiduran sampai malam. Hahaha.

Malamnya, kami memutuskan untuk makan malam di Nanamia Pizzeria. Ini salah satu restoran Italia semi-outdoor favorit teman saya karena nyaman dan makanannya enak. Benar saja, saya langsung suka karena tempatnya cantik sekali. We ordered pizza, lasagna, strawberry lassy, and a kind of ginger mint drink. Semuanya enak! Porsinya yang cukup banyak bisa kami habiskan tanpa sisa. Pelayanannya baik dan harganya juga nggak mahal. Lain kali kalau ke Jogja saya pasti mampir ke sini lagi.


Setelah makan, kami bisa ngobrol-ngobrol dengan nyaman sebelum akhirnya pindah ke salah satu tujuan utama kami di Jogja: Tempo Gelato. Saya suka sekali cone-nya dan rasa gelato yang saya pilih hampir tidak pernah mengecewakan. Kali ini pilihannya jatuh pada salted caramel & snickers dan mint & chocolate, yang jadi penutup yang manis untuk jalan-jalan kami di hari pertama.


Day 2

Sekitar jam 7 pagi, kami berkendara menuju Bantul untuk melihat kebun bunga matahari yang sedang mekar. Nggak seperti yang saya bayangkan, ternyata kebun bunganya bukan kebun bunga yang besar, melainkan kumpulan kebun bunga kecil-kecil dengan pengelola yang berbeda-beda. Pengunjung cukup membayar lima ribu rupiah untuk masuk satu kebun. Meskipun bunganya nggak sebanyak yang saya bayangkan, karena mungkin memang bukan musimnya, tamannya tetap terlihat cantik dan nggak membuat saya menyesal datang ke sini.




Dari Bantul, kami awalnya berniat melihat pameran seni oleh teman adiknya teman saya di sebuah galeri di ISI. Sayangnya ketika kami sampai di sana, kosong. Padahal jelas-jelas di invitation-nya tertulis kalau Sabtu Minggu pamerannya tutup tapi kami nggak ngeh. Hahaha. Ya sudah deh, kami langsung menuju Pasar Beringharjo untuk membeli batik.

Selesai berbelanja, kami menuju Museum Affandi. Museum Affandi ini terdiri dari 3 galeri, galeri I dan II berisi karya Sang Maestro dari awal ia berkarya hingga akhir masa hidupnya sementara galeri III memamerkan karya-karya keluarganya. Di museum ini juga terdapat menara yang bisa dgunakan untuk melihat pemandangan seluruh bagian museum, jalan raya di sekitar, dan sungai Gajah Wong. Untuk mengelilingi museum ini, wisatawan domestik cukup membayar 25 ribu rupiah per orang dan tambahan 20 ribu rupiah jika membawa kamera. Biaya tersebut sudah termasuk soft drink yang bisa ditukarkan di akhir tur. Pengunjung akan diberikan brosur yang sekilas menceritakan sosok Affandi serta ada tour guide di masing-masing galeri yang akan menjelaskan jika pengunjung ingin tahu lebih dalam tentang karya-karyanya.




Dari Museum Affandi, kami melanjutkan perjalanan ke agenda utama kami: Art Jog, festival, pameran, dan pasar seni rupa kontemporer yang rutin digelar setiap tahun. Ini pertama kalinya saya ke Art Jog, jadi saya sangat excited untuk datang kesana. Saya sendiri nggak ngerti seni, tapi menikmati melihat-lihat karya seni. Jogja National Museum hari itu terlalu padat yang akhirnya membuat kami kurang leluasa. Meski begitu, saya tetap menikmati jalan-jalannya dan dibuat kagum dengan karya-karya yang dipamerkan di sana.



The most beautiful installation art: Sea Remembers

Kami memutuskan untuk beristirahat di hostel sebentar sambil menunggu waktu berbuka puasa. Setelah makan malam di dekat Alun-alun Utara Jogja, saya kembali mencari gelato. Atas rekomendasi adiknya teman saya, kami bertiga memilih Artemy Italian Gelato. Rasa yang saya pilih adalah bubble gum dan white forest. Gelato di Artemy berbeda dengan yang di Tempo. Menurut saya rasanya lebih light. Meskipun sama-sama enak, saya tetap lebih suka Tempo Gelato.

Terakhir, kami menutup malam dengan makan di Sate Klatak Pak Bari yang legendaris. Sate klatak ini adalah sate kambing yang ditusuk dengan jeruji sepeda, yang katanya membuat dagingnya matang dengan merata. Saya memesan seporsi sate yang disajikan dengan kuah gulai dan juga kicik, tongseng tanpa kuah. Meskipun kenyang, saya bisa menghabiskan semuanya karena memang enak banget. Menjelang tengah malam saya kembali ke hostel dan siap-siap untuk pulang keesokan paginya.


Capek? Banget! Apa lagi kami jalan-jalan saat sedang bulan puasa. Yang tadinya mau sahur di luar hostel pun batal saking ngantuknya. Tapi saya puas karena bisa jalan-jalan ke banyak tempat meski cuma punya waktu dua hari. This weekend getaway successfully recharged my energy. Looking forward for another trip soon. See you again, Jogja!